Ooh Thou ... My Dear My 'Heart' ?? (Part 1)

Source: Ust. Umar Mita
Place: Constitutional Court of Indonesia
Time: Every Monday at 08.00-09.00 am (Majelis Duha)
(Kalau kalian berkantor deket-deket situ, bisa banget kalau mau join)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat pagiiiiiiiii
Lindy is back ... hahahahhahha
Semoga senantiasa dalam lindungan dan bimbingan Allah ya, teman. Amin ya rabbal alamin.

Apa kabar wahai sang 'hati'? :))))
Apakah sudah ikhlas dalam melakukan semua kegiatan/ibadah hanya untuk Allah semata? Eng ing eeenngggg. Gw pun bertanya-tanya dengan hati gw sendiri. Hihihihihi

Life is to worship. Only for Allah your prayer.

Pernah dengar kan istilah di atas? Begini nih Ustad Umar Mita menjelaskan. Check this out....

Kalau ngomongin masalah ibadah, pasti enggak akan jauh-jauh dari yang namanya salat, puasa, zakat/sedekah, dan haji/umroh tapi pada kenyataannya your whole life is to worship, for Allah, only.

And I did not created the jinn and mankind except to worship Me. (Adzdzariyat:56)

So, how do we do it?

Firstly, ubah pemahaman teman-teman kalau ibadah itu bukan hanya salat, puasa, zakat, haji/umroh. Islam mengatur banyak hal hingga rinci yang membuat perkara yang terlihat seakan-akan itu adalah perkara duniawi tetapi bisa bernilai ibadah di mata Allah. Bisa ambil contoh, misalnya dalam urusan rambut; bagaimana bila rambut beruban? Bagaimana hukum memotong rambut gaya Qaza'? Bagaimana hukum memotong rambut bila sedang dalam keadaan berqurban? Semua itu ada aturannya dalam Islam, dijelaskan secara rinci. 

Begitu juga masalah makan; bolehkah meniup makanan? Bolehkah menggunakan tangan kiri? Bolehkah makan sambil berdiri? 

Belum lagi bagaimana tata cara apabila kita sedang di kamar mandi; bolehkah bernyanyi? Bolehkah berzikir? Pakai kaki kiri atau kanan dulu ya, kalau masuk ke kamar mandi? 

Nah kan, sepele bukan? Tapi perlu diingat, semua hal di atas kalau dilakukan dan diniatkan sebagai ibadah, dilakukan sesuai dengan bagaimana Islam mengaturnya, in sha Allah bernilai pahala di sisi Allah. Bisalah dibayangkan betapa bahagianya kita bila hanya masalah makan saja kita bisa dapat pahala, ya kan. Dan yakinlah, teman, bila Allah menghalalkan dan mengharamkan sesuatu, itu pastilah baik bagi kita, hambaNya.

So, sudah mulai dipahami kan, ibadah kita tidak hanya salat, puasa, zakat, haji/umroh saja, tapi semua yang kita lakukan ada adabnya, ada caranya dalam Islam, dan Nabi Muhammad SAW pun melakukan hal yang sama hingga Aisyah ra menyebutkan bahwa akhlak Nabi Muhammad SAW adalah akhlak Alquran. 

Kita tidak bisa hanya mengandalkan salat saja untuk beribadah kepada Allah. Ya kalau wudhunya sempurna, kalau tidak? Ya kalau kita bisa menjamin setiap salat bisa khusyu, kalau tidak? Belum lagi ibadah yang lain yang ketika kita melakukannya tanpa kita sadari bukan karena Allah semata. :( Sedih rasanya.

Secondly, lakukan segala sesuatu hanya karena Allah semata. Nah, bagian ini nih perkara yang paling sulit, butuh benar-benar instropeksi diri, bertafakur, apakah benar selama ini hati kita terjaga untuk melakukan amal ibadah hanya untuk meraih ridho Allah semata, bukan karena mendamba balasan di dunia atau pun mendamba pujian orang lain semata.

Innamal a'malu binniyat. Iya, istilah ini sering muncul untuk mengingatkan kita semua betapa pentingnya niat yang ada dalam hati. Allah telah mengingatkan hal itu dalam Alquran surat Hud ayat 15-16;

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (Hud:15)

أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Hud:16)

Di penjelasan Ustad Umar Mita pun mengingatkan, Allah sudah menjamin tentang apa-apa yang kita dapat di dunia ini (jodoh, rejeki, dll), tapi bagaimana dengan akhirat kita? Tidak, Allah tidak memberikan jaminan akan hal itu. Amal ibadah kitalah penentunya dan keridhoan Allah atas ibadah kita.

Terus gimana caranya dong, caranya, cara jaga hati supaya hati-hati dalam menjaga niat? Tenang, teman, sang Ustad pun menjelaskan;
  • Belajar jatuh cinta ke Allah. Jatuh cinta, khususnya ke Allah, itu butuh dilatih teman. Jangan lupakan prinsip ini ya, "Siapa mendekat kepada Allah sejengkal, maka Allah akan mendekatiya satu hasta, siapa yang mendekat kepada Allah satu hasta, maka Allah akan mendekat kepadanya satu depa, dan siapa yang mendekati Allah dengan berjalan kaki, maka Allah akan mendekatinya dengan berlari-lari kecil."(HR Muslim) So, jangan menyerah yaaa.
  • Fokus cari ridho Allah saja ya. Fokus, fokus, fokus. 
  • Jangan lupa status kita. Seorang hamba pantaslah diuji dengan hal-hal yang sifatnya menguji hati, niat, keikhlasan, kesabaran, dll.
  • Sabar, sabar, sabar,
  • Ridho kalau kita itu hidup untuk ibadah ke Allah. Ridho, Islam sebagai agama kita, Allah adalah Rabb kita, Muhammad adalah Rasul kita.
  • Jangan rusak amal sholeh hanya untuk urusan dunia.

Watch out, guys!!!

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan rusaknya niat kita. Salah satunya karena perkara riya. Perkara menjaga hati memang hal yang sangat sulit dilakukan, itulah mengapa di Islam ada adab/tata cara memuji orang supaya meminimalisir kemungkinan rusaknya niat karena tanpa sadar telah riya/mengharap pujian orang.

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ نَحْثِىَ فِى وُجُوهِ الْمَدَّاحِينَ التُّرَابَ.

“Kami diperintahkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk menyiramkan pasir ke wajah orang-orang yang memuji.” (HR. Muslim no. 3002).

Nah, di bawah ini ada tuntunan doa agar jauh dari riya:


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ


"Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, agar tidak menyekutukan-Mu, sedang aku mengetahuinya dan aku minta ampun terhadap apa yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad)

Oke, teman, sejauh ini penjelasannya itu dulu ya. Sekali lagi, hati-hati akan perkara hati ini, ya, terutama hal menjaga niat. Karena keterbatasan waktu, penjelasan berikutnya akan gw rangkumin juga di pertemuan berikutnya, in sha Allah. Mohon maaf bila masih banyak kurangnya dalam proses perangkuman. Akhirulkalam wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga bermanfaat. :))))))

PS: Bilamana ingin mengkritisi rangkuman ini dipersilakan dengan menggunakan bahasa yang sopan dan santun. Terima kasih.



 



Komentar

Postingan Populer